DEFINISI
Beberapa
faktor resiko ada sebelum wanita menjadi hamil. Faktor resiko ini
termasuk karakter fisik dan sosial tertentu pada wanita, masalah yang
terjadi pada kehamilan sebelumnya, dan gangguan tertentu yang telah
dimiliki.
Karakter Fisik
Usia, berat badan, dan tinggi pada wanita mempengaruhi resiko selama
kehamilan. Anak gadis berusia 15 dan lebih muda beresiko tinggi
mengalami preeclampsia (sebuah jenis tekanan darah yang terjadi selama
kehamilan). Perempuan muda juga beresiko tinggi mengalami kekurangan
berat badan (terlalu kecil untuk usia hamil) atau bayi kekurangan gizi.
Wanita berusia 35 dan lebih tua beresiko tinggi mengalami masalah
seperti tekanan darah tinggi, diabetes selama hamil (diabetes yang
terjadi selama kehamilan), dan komplikasi selama persalinan.
Wanita yang berat badan kurang dari 100 pon sebelum menjadi hamil lebih
mungkin memiliki bayi kecil, berat badan kurang. Wanita obesitas lebih
mungkin memiliki bayi yang sangat besar, yang kemungkinan sulit untuk
dilahirkan. Juga, wanita obesitas lebih mungkin mengalami diabetes
gestational dan preeklampsia.
Wanita yang lebih pendek dari 5 kaki lebih mungkin mengalami panggul
kecil, yang bisa membuat gerakan janin melalui panggul dan vagina
(saluran lahir) kesulitan selama persalinan. Misal, bahu janin lebih
mungkin menetap berlawanan dengan tulang pubis. Komplikasi ini disebut
bahu dystocia. Juga, wanita yang pendek lebih mungkin mengalami
persalinan preterm dan bayi tidak cukup berkembang seperti yang
diharapkan.
Kelainan struktur pada organ reproduksi meningkatkan resiko keguguran.
Misal rahim ganda atau servik lemah (incompetent) yang cenderung untuk
membuka (melebar) sebagaimana pertumbuhan janin.
Karakter Sosial
Menjadi tidak menikah atau dalam kelompok sosial ekonomi yang rendah
meningkatkan masalah selama kehamilan. Alasannya sifat ini meningkatkan
resiko tidak jelas tetapi kemungkinan berhubungan dengan sifat lain yang
lebih umum pada wanita ini. Misal, wanita ini lebih mungkin untuk
merokok dan sedikit untuk mengkonsumsi makanan kesehatan untuk
memperoleh perawatan medis yang tepat.
Masalah Pada Kehamilan Sebelumnya
Ketika wanita mengalami masalah pada kehamilan pertama, mereka lebih
mungkin mengalami masalah, seringkali hal yang sama, pada kehamilan
berikutnya. Beberapa masalah termasuk memiliki bayi prematur, bayi yang
berat badannya kurang, bayi yang beratnya lebih dari 10 pon, bayi dengan
kelahiran cacat, keguguran sebelumnya, melahirkan terlambat
(postterm)(setelah 42 minggu pada kehamilan), ketidakcocokan Rh yang
membutuhkan transfusi darah ke janin, atau melahirkan yang membutuhkan
operasi sessar. Jika wanita memiliki bayi yang meninggal segera setelah
dilahirkan, mereka juga lebih mungkin mengalami masalah pada kehamilan
berikutnya.
Wanita bisa mengalami kondisi yang cenderung untuk membuat masalah
berulang yang sama. Misal, wanita dengan diabetes lebih mungkin untuk
memiliki bayi yang berat badannya lebih dari 10 pon ketika lahir.
Wanita yang memiliki anak dengan gangguan genetik atau cacat lahir lebih
mungkin memiliki bayi lain dengan masalah serupa. Tes genetik pada
bayi, bahkan jika baru dilahirkan, dan kedua orangtua kemungkinan tepat
sebelum kehamilan lain diupayakan. Jika wanita ini menjadi hamil
kembali. Beberapa tes seperti ultrasonografi, chorionic villus sampling,
dan amniocentesis bisa membantu memastikan apakah janin memiliki
gangguan genetik atau cacat lahir.
Telah mengalami 6 atau lebih kehamilan meningkatkan resiko pada
persalinan yang sangat cepat dan pendarahan berlebihan setelah
melahirkan. Hal itu juga meningkatkan resiko pada plasenta yang salah
letak (placenta previa).
Gangguan Yang Hadir Sebelum Kehamilan.
Sebelum menjadi hamil, wanita bisa mengalami gangguan yang meningkatkan
resiko pada masalah selama kehamilan. Wanita ini harus berbicara dengan
dokter dan berusaha mendapatkan kondisi fisik terbaik mungkin sebelum
menjadi hamil. Setelah mereka menjadi hamil, mereka bisa memerlukan
perawatan khusus, seringkali yang berasal dari tim interdisciplinary.
Tim tersebut bisa termasuk dokter kandungan (yang bisa juga menjadi
spesialis pada gangguan), spesialis gangguan, dan praktisi kesehatan
lainnya (seperti ahli gizi)
- Penyakit jantung : kebanyakan wanita yang menderita
penyakit jantung-termasuk gangguan klep jantung (seperti mitral valve
prolapse) dan beberapa cacat lahir pada jantung-bisa melahirkan anak
sehat dengan selamat, tanpa sakit permanen apapun yang berakibat pada
fungsi jantung atau jangka hidup. Meskipun begitu, wanita yang mengalami
gagal jantung sebelum hamil sangat beresiko pada masalah.
Kehamilan memerlukan kerja jantung yang lebih berat. Konsekwensinya,
kehamilan bisa memperburuk penyakit jantung atau menyebabkan penyakit
jantung untuk menghasilkan gejala-gejala untuk pertama kali. Biasanya,
masalah-masalah serius, termasuk kematian pada wanita atau janin
tersebut, terjadi hanya ketika penyakit jantung adalah berat sebelum
wanita tersebut menjadi hamil. Sekitar 1% wanita yang mengalami penyakit
jantung berat sebelum hamil menjadi meninggal sebagai akibat dari
kehamilan, biasanya karena gagal jantung.
Resiko pada masalah meningkat sepanjang kehamilan sebanding dengan
perkembangan masalah jantung. Wanita hamil dengan penyakit jantung bisa
menjadi lelah yang tak biasa dan bisa membatasi kegiatan mereka. Jarang,
wanita dengan penyakit jantung berat dianjurkan untuk melakukan aborsi
dini pada kehamilan. Resiko juga meningkat selama persalinan dan
melahirkan. Setelah melahirkan, wanita dengan penyakit jantung berat
tidak bisa keluar dari bahaya setidaknya 6 bulan, tergantung pada jenis
penyakit jantung.
Penyakit jantung pada wanita hamil bisa mempengaruhi janin. Janin
kemungkinan dilahirkan prematur. Wanita dengan cacat lahir pada jantung
lebih mungkin memiliki anak dengan cacat lahir serupa. Ultrasonografi
bisa mendeteksi beberapa kerusakan ini sebelum janin dilahirkan. Jika
penyakit jantung berat pada wanita hamil tiba-tiba memburuk, janin bisa
mati.
Selama persalinan, wanita yang mengalami penyakit jantung berat
kemungkinan diberikan obat bius epidural, yang menghambat sensasi pada
tulang belakang bagian bawah dan mencegah wanita dari mendorong.
Mendorong selama persalinan menegangkan jantung, karena meningkatkan
jumlah darah yang kembali menuju jantung. Karena mendorong tidak
mungkin, bayi harus dilahirkan dengan forcep.
Untuk wanita dengan beberapa jenis penyakit jantung, kehamilan tidak
dianjurkan karena meningkatkan resiko mereka pada kematian. Hipertensi
paru-paru primer dan sindron eisenmenger adalah contohnya. Jika wanita
mengalami salah satu gangguan ini bisa hamil, dokter menganjurkan mereka
untuk mengakhiri kehamilan sedini mungkin.
- Tekanan darah tinggi : wanita yang mengalami tekanan
darah tinggi (hipertensi kronis) sebelum hamil lebih mungkin mengalami
masalah serius yang berpotensi selama kehamilan. Masalah-masalah ini
termasuk preeklampsia (sebuah jenis tekanan darah tinggi yang terjadi
selama kehamilan), tekanan darah tinggi yang memburuk, janin yang tidak
berkembang sebanyak yang diharapkan, pelepasan plasenta yang premature
dari rahim (placental abruption), dan kematian waktu lahir.
Untuk kebanyakan wanita dengan tekanan darah ringan (140/90 sampai
150/100 mm per merkuri (mm Hg)), pengobatan dengan obat-obatan
antihipertensi tidak dianjurkan. Beberapa pengobatan tidak tampak untuk
mengurangi resiko pada preeklampsia, pelepasan prematur pada plasenta,
atau kematian waktu lahir maupun untuk memperbaiki pertumbuhan janin.
Meskipun begitu, beberapa wanita diobati untuk mencegah kehamilan karena
epidode tekanan darah yang lebih tinggi (yang memerlukan perawatan di
rumah sakit).
Untuk wanita yang tekanan darahnya lebih tinggi dari 150/100 mm Hg,
pengobatan dengan obat-obatan antihipertensi dianjurkan. Pengobatan bisa
mengurangi resiko stroke dan komplikasi lain yang disebabkan tekanan
darah yang sangat tinggi. Pengobatan juga dianjurkan untuk wanita yang
mengalami tekanan darah tinggi dan gangguan ginjal karena jika tekanan
darah tidak dikendalikan dengan baik, ginjal tersebut kemungkinan lebih
lanjut rusak.
Kebanyakan obat-obatan antihipertensi digunakan untuk mengobati tekanan
darah tinggi bisa digunakan dengan aman selama kehamilan. Meskipun
begitu, penghambat enzim angiotensin-converting (ACE) dihentikan selama
kehamilan, terutama selama dua semester terakhir. Obat-obatan ini bisa
menyebabkan kerusakan ginjal pada janin. Akibatnya, bayi tersebut bisa
mati setelah dilahirkan.
Selama kehamilan, wanita dengan tekanan darah tinggi dipantau ketat
untuk memastikan tekanan darah dikendalikan dengan baik, ginjal
berfungsi dengan normal, dan janin berkembang dengan normal. Meskipun
begitu, pelepasan plasenta yang prematur tidak dapat dicegah atau
diantisipasi. Seringkali, bayi harus segera dilahirkan untuk dicegah
atau diantisipasi. Seringkali, bayi harus segera dilahirkan untuk
mencegah kematian waktu lahir atau komplikasi yang disebabkan oleh
tekanan darah tinggi (seperti stroke) pada wanita.
- Anemia : mengalami anemia menurun, seperti penyakit sel
arit, penyakit hemoglobin S-C, dan beberapa talasemia, peningkatan
resiko pada masalah selama kehamilan. Sebelum dilahirkan, tes darah
dilakukan secara rutin untuk memeriksa kelainan hemoglobin pada wanita
yang mengalami peningkatan resiko mengalami kelainan ini karena ras,
latar belakang etnis, atau riwayat keluarga. Contoh chorionic villus
atau amniocentesis kemungkinan dilakukan untuk memeriksa kelainan
hemoglobin pada janin.
Wanita yang mengalami penyakit sel arit terutama sekali beresiko
mengalami infeksi selama kehamilan. Pneumonia, infeksi saluran kemih,
dan infeksi pada rahim adalah yang paling umum. Sekitar sepertiga wanita
hamil mengalami penyakit sel arit mengalami tekanan darah tinggi selama
kehamilan. Serangan nyeri berat mendadak, disebut siklus krisis sel
arit, bisa terjadi selama kehamilan sebagaimana setiap waktu yang lain.
Gagal jantung dan penyumbatan pada arteri paru-paru bisa menggumpalkan
darah (emboli paru-paru), yang kemungkinan mengancam nyawa, bisa juga
terjadi. Pendarahan selama persalinan atau setelah melahirkan
kemungkinan lebih berat. Janin bisa lambat bertumbuh atau tidak
bertumbuh sebanyak yang diharapkan. Janin bahkan bisa meninggal.
Penyakit sel arit yang lebih berat sebelum kehamilan, resiko yang lebih
berat pada masalah kesehatan untuk wanita hamil dan janin dan resiko
kematian pada janin yang lebih tinggi selama kehamilan. Dengan transfusi
darah teratur, wanita sedikit mungkin mengalami siklus krisis sel arit
tetapi lebih mungkin mengalami penolakan darah yang ditransfusi. Keadaan
ini, disebut alloimmunization, bisa mengancam nyawa. Juga, transfusi
untuk wanita hamil tidak mengurangi resiko untuk janin.
- Gangguan ginjal : wanita dengan gangguan ginjal berat
sebelum hamil lebih mungkin mengalami masalah selama kehamilan. Fungsi
ginjal bisa cepat memburuk selama kehamilan. Tekanan darah tinggi, yang
seringkali disertai gangguan ginjal, bisa juga memburuk, dan
preeklampsia (jenis tekanan darah tinggi selama kehamilan) bisa
terbentuk. Janin tidak bisa bertumbuh seperti yang diharapkan, fungsi
ginjal dan tekanan darah dipantau dengan ketat sebagaimana perkembangan
janin. Seringkali, bayi harus segera dilahirkan.
Wanita yang mengalami cangkok ginjal yang telah diletakkan untuk 2 tahun
lebih biasanya bisa melahirkan anak dengan aman jika ginjal mereka
berfungsi secara normal, jika mereka tidak mengalami peristiwa
penolakan, dan jika tekanan darah mereka adalah normal. Kebanyakan
wanita yang mengalami gangguan ginjal dan yang mengalami hemodialisa
teratur bisa juga melahirkan bayi yang sehat.
- Seizure Disorder (kejang) : untuk kebanyakan
wanita yang menggunakan antikonsulvan untuk mengobati seizure disorder,
frekwensi kejang tidak berubah selama kehamilan. Meskipun begitu,
kadangkala dosis antikonsulvan harus ditingkatkan.
Penggunaan antikonsulvan meningkatkan resiko cacat lahir. Wanita yang
menggunakan antikonsulvan harus mendiskusikan resiko cacat lahir dengan
ahli di bidangnya, lebih baik sebelum mereka hamil. Beberapa wanita
kemungkinan menghentikan antikonsulvan selama kehamilan dengan aman,
tetapi kebanyakan wanita harus melanjutkan penggunaan obat-obatan
tersebut. Resiko dihasilkan dari tidak menggunakan obat-obatan tersebut
(menghasilkan frekwensi serangan yang lebih, yang bisa membahayakan
janin dan wanita tersebut) biasanya lebih banyak resiko dihasilkan dari
panggunaan obat-obatan selama kehamilan.
- Penyakit kelamin menular : wanita yang mengalami
penyakit kelamin menular bisa mengalami masalah selama kehamilan.
Infeksi chlamydial bisa menyebabkan persalinan preterm dan selaput yang
mengandung janin pecah secara prematur. Hal itu bisa juga menyebabkan
conjunctivitis pada bayi yang baru lahir, sama seperti gonorhoe. Sifilis
pada wanita hamil kemungkinan ditularkan kepada janin melalui plasenta.
Sifilis bisa menyebabkan beberapa kerusakan lahir.
Sekitar seperempat wanita hamil yang memiliki infeksi virus
immunodeficiency manusia (HIV) yang tidak diobati, yang menyebabkan
AIDS, menularkannya kepada bayi mereka. Para ahli menganjurkan bahwa
wanita dengan infeksi HIV menggunakan obat-obatan antiretroviral selama
kehamilan. Ketika wanita hamil menggunakan obat-obatan ini, resiko
penularan HIV kepada bayi mereka berkurang lebih sedikit dibandingkan
2%. Untuk beberapa wanita dengan infeksi HIV, melahirkan dengan operasi
sessar, direncanakan kemudian, bisa mengurangi resiko penularan HIV
kepada bayi lebih lanjut. Kehamilan tidak tampak mempercepat kemajuan
infeksi HIV pada wanita.
Herpes kelamin bisa ditularkan kepada bayi selama melahirkan
normal. Bayi yang tidak terinfeksi dengan herpes bisa mengalami infeksi
otak yang mengancam nyawa disebut herpes encephalitis. Jika herpes
menghasilkan luka pada daerah kelamin di akhir kehamilan, wanita
biasanya dianjurkan untuk melahirkan dengan operasi sessar, sehingga
virus tersebut tidak ditularkan kepada bayi. Jika luka hadir, resiko
penularan sangat rendah.
- Diabetes : untuk wanita yang mengalami diabetes sebelum
mereka hamil, resiko komplikasi selama kehamilan bergantung pada
seberapa diabetes telah hadir dan apakah ada komplikasi pada diabetes,
seperti tekanan darah tinggi dan kerusakan ginjal, telah ada. (Pada
beberapa wanita, diabetes terjadi selama kehamilan, gangguan ini disebut
gestational diabetes).
Resiko komplikasi selama kehamilan bisa dikurangi dengan mengendalikan
kadar gula (glukosa) di dalam darah. Kadar tersebut harus dijaga
senormal mungkin sepanjang kehamilan. Cara untuk mengukur kadar gula
darah (seperti makanan, olahraga, dan insulin) harus dimulai sebelum
kehamilan. Kebanyakan wanita hamil diminta untuk mengukur kadar gula
mereka beberapa kali sehari di rumah. Mengendalikan diabetes terutama
sekali diakhir kehamilan sangat penting. Kemudian, kadar gula darah
cenderung meningkat karena tubuh menjadi sedikit responsif terhadap
insulin. Dosis yang lebih tinggi pada insulin biasanya diperlukan.
Jika diabetes kurang dikontrol awal sekali pada kehamilan, resiko
keguguran dini dan kerusakan lahir bertambah secara signifikan. Ketika
diabetes kurang dikontrol dan telat pada kehamilan, janin besar dan
resiko kamatian ketika melahirkan meningkat. Janin besar mengurangi
janin untuk lewat dengan mudah melalui vagina dan lebih mungkin untuk
terluka selama melahirkan normal. Konsekwensinya, melahirkan dengan
operasi sessar seringkali diperlukan. Resiko preeklampsia (jenis tekanan
darah tinggi yang terjadi selama kehamilan) juga meningkat untuk wanita
dengan diabetes.
Paru-paru janin cenderung matang dengan lambat. Jika melahirkan dini
dipertimbangkan (misalnya, karena janin besar), dokter bisa mengangkat
dan meneliti contoh cairan yang mengelilingi janin (cairan ketuban).
Prosedur ini, disebut amniocentesis, membantu dokter untuk memastikan
apakah paru-paru janin cukup matang untuk dilahirkan untuk bernafas.
Bayi yang baru lahir pada wanita yang mengalami diabetes meningkatkan
resiko mengalami kadar gula yang rendah, kalsium rendah, dan kadar
bilirubin yang rendah di dalam darah. Staff rumah sakit mengukur kadar
zat-zat ini dan meneliti bayi yang baru lahir untuk gejala-gejala
kelainan ini.
Untuk wanita dengan diabetes, kebutuhan untuk insulin segara turun
secara dramatis setelah melahirkan. Tetapi kebutuhan tersebut biasanya
kembali seperti semula sebelum kehamilan dalam waktu sekitar 1 minggu.
- Gangguan Hati dan kantung empedu : wanita yang mengalami
hepatitis karena virus yang kronis atau sirosis (luka parut pada hati)
lebih meungkin untuk gugur atau melahirkan secara prematur. Sirosis bisa
menyebabkan pembuluh varicose untuk terbentuk di sekitar kerongkongan
(varises kerongkongan). Kehamilan sedikit meningkatkan resiko pendarahan
besar-besaran dari pembuluh ini, khususnya selama 3 bulan terakhir pada
kehamilan.
Wanita hamil yang mempunyai batu empedu dipantau secara ketat. Jika batu
empedu menghambat kantung empedu atau menyebabkan infeksi, operasi
kemungkinan diperlukan. Operasi ini biasanya aman untuk wanita dan
janin.
- Asma : pada sekitar separuh wanita yang mengalami asma dan
hamil, frekwensi atau tingkat keparahan serangan asma tidak berubah
selama kehamilan. Kira-kira seperempat wanita bertambah baik selama
kehamilan, dan sekitar seperempat menjadi buruk. Jika wanita hamil
dengan asma berat diobati dengan prednison, resiko dimana janin tidak
berkembang seperti yang diharapkan atau akan dilahirkan secara prematur
menjadi meningkat.
Karena asma bisa berubah sepanjang kehamilan, dokter bisa meminta wanita
dengan asma untuk menggunakan peak flow meter untuk memantau pernafasan
mereka lebih sering. Wanita hamil dengan asma harus mengunjungi dokter
secara teratur sehingga pengobatan bisa disesuaikan sesuai kebutuhan.
Mengontrol dengan baik asma adalah penting. Pengobatan yang tidak cukup
bisa mengakibatkan masalah serius. Cromolyn, bronkodilator (seperti
albuterol), dan kortikosteroid (seperti beclometason) bisa digunakan
selama kehamilan. Inhalasi adalah cara yang lebih disukai untuk
menggunakan obat-obatan ini. Ketika dihirup, obat tersebut mempengaruhi
sebagian besar paru-paru dan mempengaruhi seluruh tubuh dan sedikit
janin. Aminophylline (digunakan dengan mulut atau infus) dan teofilin
(digunakan dengan mulut) kadangkala digunakan selama kehamilan.
Kortikosteroid digunakan dengan mulut hanya ketika pengobatan lain tidak
efektif. Divaksinasi untuk melawan virus influenza (flu) selama musim
influenza sangat penting untuk wanita hamil dengan asma.
- Gangguan autoimmune : kelainan antibodi dihasilkan pada
gangguan autoimmune bisa menyeberang ke plasenta dan menyebabkan masalah
pada janin. Kehamilan mempengaruhi gangguan autoimmune pada cara yang
berbeda
- Systemic lupus erythematosus (lupus) bisa muncul
untuk pertama kali, memburuk, atau agak berat selama kehamilan.
Bagaimana kehamilan mempengaruhi jalan lupus tidak dapat diduga, tetapi
waktu yang paling sering untuk tercetus segera setelah melahirkan.
Wanita yang mengalami lupus seringkali mengalami riwayat keguguran
berulang, janin yang tidak berkembang seperti yang diharapkan, dan
persalinan preterm. Jika wanita mengalami komplikasi disebabkan lupus
(seperti kerusakan ginjal atau tekanan darah tinggi), resiko kematian
untuk janin atau bayi yang baru lahir meningkat.
Pada wanita hamil, antibodi lupus bisa menyeberangi plasenta menuju
janin. Akibatnya, janin bisa mengalami detak jantung yang sangat lambat,
anemia, jumlah platelet yang rendah, atau jumlah sel darah putih yang
rendah. Meskipun begitu, antibodi ini hilang secara bertahap lebih dari
beberapa minggu setelah bayi dilahirkan, dan masalah yang mereka
sebabkan terselesaikan kecuali untuk detak jantung yang lambat.
- Pada penyakit Grave, antibodi merangsang kelenjar tiroid
untuk menghasilkan hormon tiroid yang berlebihan. Antibodi ini bisa
menyeberangi palsenta dan merangsang kelenjar tiroid pada janin.
Akibatnya, janin bisa mengalami detak jantung yang cepat dan tidak bisa
bertumbuh seperti yang diharapkan. Kelenjar tiroid bayi bisa membesar,
membentuk gondok. Sangat jarang, gondok kemungkinan membesar yang
berhubungan dengan melahirkan melalui vagina.
Biasanya, wanita dengan penyakit grave menggunakan dosis efektif
serendah mungkin propylthiouracil, yang memperlambat aktifitas kelenjar
tiroid. Penelitian fisik dan pengukuran kadar hormon tiroid dilakukan
secara teratur karena propylthiouracil melintasi plasenta dan mencegah
janin untuk menghasilkan hormon tiroid yang cukup. Seringkali, penyakit
grave menjadi sedikit berat selama trisemester ketiga, sehingga dosis
propylthiouracil bisa dikurangi atau dihentikan. Jika diperlukan,
kelenjar tiroid pada wanita hamil kemungkinan diangkat pada trisemester
kedua. Wanita ini harus mulai menggunakan hormon tiroid 24 jam setelah
operasi. Menggunakan hormon ini tidak menyebabkan masalah pada janin.
- Myasthenia gravis, yang menyebabkan kelemahan
otot, biasanya tidak menyebabkan komplikasi serius dan permanen selama
kehamilan. Meskipun begitu, sangat jarang terjadi selama persalinan,
wanita yang mengalami myasthenia gravis bisa memerlukan pertolongan
ketika bernafas (assisted ventilation). Antibodi yang menyebabkan
gangguan ini bisa melalui plasenta. Sehingga kira-kira satu dari lima
bayi dilahirkan untuk wanita dengan myasthenia gravis dilahirkan dengan
gangguan tersebut. Meskipun begitu, mengakibatkan kelemahan otot pada
bayi biasanya sementara, karena antibodi dari ibu hilang secara bertahap
dan bayi tidak menghasilkan antibodi pada jenis ini.
- Idiopathic thrombocytopenic purpura bisa
menyebabkan masalah pendarahan pada wanita hamil dan bayi mereka. Jika
tidak diobati selama kehamilan, gangguan tersebut cenderung lebih berat.
Kortikosteroid, biasanya diberikan prednison melalui mulut, bisa
meningkatkan jumlah platelet dan memperbaiki penggumpalan darah pada
wanita hamil dengan gangguan ini. Meskipun begitu, prednison
meningkatkan resiko dimana janin tidak akan berkembang seperti yang
diharapkan atau akan dilahirkan dengan prematur. Gamma globulin dosis
tinggi kemungkinan diberikan secara infus segera setelah melahirkan.
Akibatnya, persalinan bisa diproses dengan aman, dan wanita bisa
menjalani melahirkan normal tanpa pendarahan yang tak terkendali. Wanita
hamil diberikan transfusi platelet hanya ketika melahirkan dengan
operasi sessar diperlukan atau ketika jumlah platelet sangat rendah
dimana pendarahan berat bisa terjadi. Jarang terjadi, ketika jumlah
platelet tetap rendah membahayakan meskipun diobati, limpa, yang
normalnya menjebak dan menghancurkan sel darah tua dan platelet,
diangkat. Waktu yang terbaik untuk operasi ini adalah selama trisemester
kedua.
Antibodi yang menyebabkan gangguan ini bisa menyeberangi plasenta menuju
janin, jarang terjadi mengakibatkan jumlah platelet rendah yang
berbahaya sebelum dan segera setelah lahir. Bayi kemudian kemungkinan
berdarah selama persalinan dan melahirkan dan bisa mengakibatkan terluka
atau mati, khususnya jika pendarahan terjadi di dalam otak. Antibodi
hilang dalam beberapa minggu, dan darah bayi kemudian menggumpal secara
normal.
- Rheumatoid arthritis tidak mempengaruhi janin,
tetapi melahirkan kemungkinan sulit untuk wanita jika arthritis telah
merusak persendian paha mereka atau bagian bawah tulang belakang
(lumbar). Gejala rheumatoid arthritis bisa berkurang selama kehamilan,
tetapi biasanya kembali ke kadar awal mereka setelah kehamilan.
- Fibroid : fibroid di dalam rahim, relatif sering terjadi
tumor yang bukan kanker, bisa meningkatkan resiko persalinan preterm,
melahirkan janin abnormal, plasenta yang tidak pada tempatnya (placenta
previa), dan keguguran berulang. Jarang, fibroid berhubungan dengan
gerakan janin melalui persalinan normal.
- Kanker : karena kanker cenderung mengancam nyawa dan
karena menunda pengobatan bisa mengurangi kemungkinan pengobatan yang
berhasil, kanker biasanya diobati dengan cara yang sama apakah wanita
hamil atau tidak. Beberapa pengobatan yang umum (operasi, obat-obatan
kemoterapi, dan terapi radiasi) bisa membahayakan janin. Dengan
demikian, beberapa wanita bisa mempertimbangkan aborsi. Meskipun begitu,
pengobatan bisa kadangkala diatur waktunya sehingga resiko terhadap
janin berkurang.
|
terjumpa info ni, pasal waktu subur wanita… sharing is caring :) - Waktu Subur Wanita
BalasHapus