BAB
I
PENDAHULUAN
A.
Latar Belakang
Pemeriksaan laboratorium yang berdasarkan reaksi
kimia dapat digunakan darah, urin atau cairan tubuh lain. Pemeriksaan kimia
darah dapat meliputi uji faal hati, jantung, ginjal, lemak darah, kadar gula
darah, kelainan pankreas, elektrolit dan membantu menegakkan diagnosis anemi.
Uji faal hati meliputi pemeriksaan kadar protein
total & albumin, bilirubin total & direk, serum glutamic oxaloacetate
transaminase (SGOT) & serum glutamic pyruvate transaminase(SGPT), gamma
glutamyl transferase (γ-GT), alkaline phosphatase (ALP) dan cholinesterase
(CHE). Pemeriksaan protein total dan albumin sebaiknya dilengkapi dengan
pemeriksaan fraksi protein serum dengan cara elektroforesis. Dengan pemeriksaan
elektroforesis protein serum dapat diketahui perubahan fraksi protein di dalam
darah sehingga dapat diketahui perubahan fraksi protein lebih teliti dari hanya
pemeriksaan protein total dan albumin serum.
Uji faal jantung dapat dipakai pemeriksaan creatine
kinase (CK), isoenzim creatine kinase yaitu CKMB, brain natriuretic peptide
(BNP) dan Troponin-T. Kerusakan dari otot jantung dapat diketahui dengan
pemeriksaan aktifitas CKMB, BNP dan Troponin-T. Selain itu dapat diketahui pula
dengan pemeriksaan hsCRP. Pemeriksaan LDH tidak spesifik untuk kelainan otot
jantung, karena hasil yang meningkat dapat dijumpai pada kerusakan jaringan
lain seperti hepatitis, pankreatitis, keganasan terutama dengan metastasis,
penyakit anemia hemolitik, leukemia.
Uji faal ginjal terutama adalah pemeriksaan ureum
dan kreatinin. Ureum adalah produk akhir dari metabolisme protein di dalam
tubuh yang dikeluarkan lewat urin sehingga pada kelainan ginjal, pengeluaran
ureum ke dalam urin terhambat sehingga kadarnya akan meningkat di dalam darah.
Kreatinin merupakan zat yang dihasilkan oleh otot dan dikeluarkan dari tubuh
melalui urin. Oleh karena itu, kadar kreatinin darah tergantung pada jenis
kelamin, besar otot, dan faal ginjal.
Beratnya kelainan ginjal diketahui dengan mengukur
uji bersihan kreatinin (creatinine clearance test/CCT). Pemeriksaan CCT ini
memerlukan urin kumpulan 12/24 jam, sehingga bila pengumpulan urin tidak
berlangsung dengan baik akan mempengaruhi hasil pemeriksaan CCT. Akhir-akhir
ini, penilaian faal ginjal dilakukan dengan pemeriksaan cystatin-C dalam darah
yang tidak dipengaruhi oleh kesalahan pengumpulan urin 24 jam. Cystatin adalah
zat dengan berat molekul rendah yang dihasilkan oleh semua sel berinti di dalam
tubuh yang tidak dipengaruhi oleh proses radang atau kerusakan jaringan. Zat
tersebut akan dikeluarkan ginjal. Oleh karena itu, kadar cystatin dipakai
sebagai indikator yang sensitif untuk mengetahui kemunduran fungsi ginjal.
Pemeriksaan lemak darah meliputi pemeriksaan kadar
kolesterol, trigliserida, HDL dan LDL kolesterol. Pemeriksaan tersebut terutama
dilakukan pada pasien yang memiliki kelainan pada pembuluh darah seperti pasien
dengan kelainan pembuluh darah otak, penyumbatan pembuluh darah jantung, pasien
dengan diabetes mellitus (DM) dan hipertensi serta pasien dengan keluarga yang
menunjukkan peningkatan kadar lemak darah. Untuk pemeriksaan lemak darah ini,
sebaiknya berpuasa selama 12 - 24 jam. Bila pada pemeriksaan kimia darah, serum
yang diperoleh sangat keruh karena peningkatan kadar trigliserid, pasien
sebaiknya berpuasa lebih dari 14 jam untuk mengurangi kekeruhan yang ada.
Selain itu dikenal pemeriksaan lipoprotein (a), bila meningkat dapat merupakan
faktor resiko terjadinya penyakit jantung koroner.
Pemeriksaan kadar gula darah dipakai untuk
mengetahui adanya peningkatan atau penurunan kadar gula darah dan untuk
monitoring hasil pengobatan pasien dengan DM. Peningkatan kadar gula darah
biasanya disebabkan oleh DM atau kelainan hormonal di dalam tubuh. Kadar gula
yang tinggi akan dilepas ke dalam urin yang menyebabkan adanya glukosuria.
Pemeriksaan kadar gula darah dapat dilakukan sewaktu-waktu yang disebut
pemeriksaan gula darah sewaktu, gula darah puasa bila pasien berpuasa 10 - 12
jam sebelum pengambilan darah atau sesudah makan 2 jam yang dikenal dengan gula
darah post-prandial. Pasien DM dalam pengobatan, tidak perlu menghentikan obat
pada saat pemeriksaan gula darah puasa dan tetap menggunakan obat untuk
pemeriksaan gula darah post-prandial. Pemeriksaan kadar gula darah puasa
dipakai untuk menyaring adanya DM, memonitor penderita DM yang menggunakan obat
anti-diabetes; sedangkan glukosa 2 jam post-prandial berguna untuk mengetahui
respon pasien terhadap karbohidrat setelah 2 jam makan pagi atau 2 jam setelah
makan siang. Kadar gula darah sewaktu digunakan untuk evaluasi penderita DM dan
membantu menegakkan diagnosis DM. Selain itu dikenal pemeriksaan kurva harian
glukosa darah yaitu gula darah yang diperiksa pada jam 7 pagi, 11 siang dan 4
sore yang bertujuan untuk mengetahui kontrol gula darah selama 1 hari dengan
diet dan obat yang dipakai. Pada pasien dengan kadar gula darah yang meragukan,
dilakukan tes toleransi glukosa oral (TTGO).
Gaya hidup masyarakat sekarang sangat beragam sehingga
penyakit yang muncul pun sangat beragam pula. Untuk mendeteksi secara dini
penyakit yang muncul kami coba memberikan solusi yaitu mengidentifikasi
penyakit dengan melalui pemeriksaan sampel darah, urine dan pemeriksaan EKG
B.
Tujuan
1. Tujuan
umum
Memberikan pelayanan pada masyarakat
untuk mendeteksi secara dini suatu penyakit
2. Tujuan
khusus
a. Memberikan
pelayanan pemeriksaan laboratorium pada sampel darah yaitu pada asam urat,
kolesterol dan gula darah
b. Memberikan
pelayanan pemeriksaan laboratorium pada sampel urine yaitu pada urine reduksi dan proten urine
c. Memberikan
pelayanan pemeriksaan EKG
C.
Manfaat
1. Bagi
pasien
a. Memberikan
pelayanan bagi pasien
b. Mengetahui
ada tidaknya kelainan atau penyakit pada pasien
2. Bagi
pemeriksa
a.
Memudahkan dalam menentukan suatu
diagnosa
b.
Mendapatkan keuntungan dari hasil
pemeriksaan
BAB II
TINJAUAN TEORI
A.
PEMERIKSAAN LABORATORIUM PADA DARAH
Pada
pendahuluan telah dikemukakan bahwa pemeriksaan laboratorium merupakan prosedur
pemeriksaan khusus yang dilakukan pada pasien untuk membantu menegakan
diagnosis. Prosedur dan pemeriksaan khusus dalam keperawatan merupakan bagian
dari tindakan untuk mengatasi masalah kesehatan yang dilaksanakan secara tim,
perawat melakukan fugsi kolaboratif dalam memberikan tindakan. Hasil suatu
pemeriksaan laboratorium sangat penting dalam membantu diagnosa, memantau
perjalanan penyakit serta menentukan prognosa daari suatu penyakit/keluhan
pasien.
1. Pemeriksaan
asam urat
Asam
urat (uric acid) adalah produk akhir metabolisme purin (adenine dan
guanine) yang merupakan konstituen asam nukleat. Asam urat terutama disintesis
dalam hati yang dikatalisis oleh enzim xantin oksidase. Asam urat
diangkut ke ginjal oleh darah untuk difiltrasi, direabsorbsi sebagain, dan
dieksresi sebagian sebelum akhirnya diekskresikan melalui urin. Peningkatan
kadar asam urat dalam urin dan serum (hiperuresemia) bergantung kepada fungsi
ginjal, kecepatan metabolisme purin, dan asupan diet makanan yang mengandung
purin.
Asam
urat dapat mengkristal dalam saluran kemih pada kondisi urin yang bersifat asam
dan dapat berpotensi menimbulkan kencing batu;
oleh sebab itu fungsi ginjal yang efektif dan kondisi urin yang alkalis
diperlukan bila terjadi hiperuresemia. Masalah yang banyak terjadi berkaitan
dengan hiperuresemia adalah gout. Kadar
asam urat sering berubah dari hari ke hari sehingga pemeriksaan kadar asam urat
perlu diulang kembali setelah beberapa hari atau beberapa minggu.
a. Masalah Klinis
Kadar
asam urat meningkat dijumpai pada : gout, leukemia (limfositik, mielositik,
monositik), kanker metastatik, mieloma multipel, eklampsia berat, alkoholisme,
hiperlipoproteinemia, diabetes mellitus (berat), gagal ginjal,
glomerulonefritis, gagal jantung kongestif, anemia hemolitik, limfoma,
polisitemia, stress, keracunan timbale, pajanan sinar-X (berlebih), latihan
fisik berlebihan, diet penurunan berat badan-tinggi protein. Obat-obatan yang
berpengaruh pada peningkatan kadar asam urat adalah : diuretik (tiazid,
furosemid, asetazolamid), levodopa, metildopa, asam askorbat, 6-merkaptopurin,
fenotiazin, salisilat (penggunaan dalam jangka waktu lama), teofilin.
Pada
gout, peningkatan produksi asam urat dipengaruhi oleh mekanisme idiopatik atau
belum diketahui, tetapi biasanya karena peningkatan sintesis asam urat endogen
sebagai cacat metabolik bawaan. Pada gout, pangkalan asam urat dalam tubuh bisa
lebih dari 10 kali normal, dan natrium urat dideposit di dalam jaringan lunak,
terutama sendi, sebagai tofi. Adanya pengkristalan ura menyebabkan sendi
membengkak, meradang, dan nyeri. Alopurinol digunakan dalam pengobatan gout
yang bekerja sebagai penghambat xantin oksidase.
Pada
leukemia atau keganasan lain, peningkatan produksi secara bermakna disebabkan
oleh penguraian asam nukleat apabila terjadi lisis sel-sel tumor akibat
nekrosis atau kemoterapi. Peningkatan kadar urat karena peningkatan lisis sel
juga dapat dijumpai pada polisitemia, anemia pernisiosa, dan kadang-kadang pada
psoriasis. Pengobatan dengan hormon adrenokortikotrofik atau kortikosteroid,
yang kerjanya katabolik protein mempercepat pemecahan inti sel atau dengan
obat-obatan sitotoksika, menyebabkan peningkatan urat plasma.
Pada
kegagalan glomerulus ginjal atau bila ada obstruksi aliran keluar urin, asam
urat serta ureum dan kreatinin terakumulasi. Asam urat tinggi yang dapat
terjadi pada eklampsia tanpa azotemia atau uremia disebabkan oleh lesi ginjal
atau perubahan metabolisme asam urat. Asidosis ketotik dan laktat bisa
meningkatkan asam urat dengan mengurangi sekresi tubulus ginjal, seperti yang
terjadi dengan diuretik tiazid dan furosemid, dan aspirin dosis rendah.
Penurunan
kadar asam urat dapat dijumpai pada : penyakit Wilson, asidosis tubulus ginjal
proksimal, anemia defisiensi asam folat, luka bakar, kehamilan. Pengaruh obat :
alopurinol, azatioprin, koumadin, probenesid, sulfinpirazon.
b.
Prosedur
Jenis spesimen yang diperlukan adalah serum atu plasma heparin. Diambil 3-5 ml darah vena dimasukkan ke dalam tabung bertutup merah atau tabung bertutup hijau (heparin) kemudian disentrifus; cegah terjadinya hemolisis. Serum atau plasma heparin dipisahkan. Kadar asam urat diukur dengan metode kolorimetri menggunakan fotometer atau analyzer kimiawi.
Jenis spesimen yang diperlukan adalah serum atu plasma heparin. Diambil 3-5 ml darah vena dimasukkan ke dalam tabung bertutup merah atau tabung bertutup hijau (heparin) kemudian disentrifus; cegah terjadinya hemolisis. Serum atau plasma heparin dipisahkan. Kadar asam urat diukur dengan metode kolorimetri menggunakan fotometer atau analyzer kimiawi.
Sebelum pengambilan sampel darah, pasien diminta puasa 8-10
jam. Tidak ada pembatasan asupan makanan atau cairan; namun pada banyak kasus,
asupan makanan tinggi purin (mis. daging, jerohan, sarden, otak, roti manis,
dsb) perlu ditunda minimal selama 24 jam sebelum uji dilakukan; demikian pula
dengan obat-obatan yang dapat mempengaruhi hasil laboratorium. Jika terpaksa
harus minum obat, catat jenis obat yang dikonsumsi.
2. Pemeriksaan
gula darah
Diabetes
Melitus (DM) adalah kelainan metabolisme karbohidrat, di mana glukosa darah
tidak dapat digunakan dengan baik, sehingga menyebabkan keadaan hiperglikemia.
DM merupakan kelainan endokrin yang terbanyak dijumpai. Penderita DM mempunyai
risiko untuk menderita komplikasi yang spesifik akibat perjalanan penyakit ini,
yaitu retinopati (bisa menyebabkan kebutaan), gagal ginjal, neuropati,
aterosklerosis (bisa menyebabkan stroke), gangren, dan penyakit arteria
koronaria (Coronary artery disease).
Prevalensi
DM sulit ditentukan karena standar penetapan diagnosisnya berbeda-beda.
Berdasarkan kriteria American Diabetes Association (ADA), sekitar 10,2
juta orang di Amerika Serikat (AS) menderita DM dan yang tidak terdiagnosis
sekitar 5,4 juta. Dengan demikian, diperkirakan lebih dari 15 juta orang di AS
menderita DM. Sementara itu, di Indonesia prevalensi DM sebesar 1,5-2,3%
penduduk usia >15 tahun, bahkan di daerah Manado prevalensi DM sebesar
6,1%.4
Pemeriksaan
laboratorium bagi penderita DM diperlukan untuk menegakkan diagnosis serta
memonitor Tx dan timbulnya komplikasi spesifik akibat penyakit. Dengan
demikian, perkembangan penyakit bisa dimonitor dan dapat mencegah komplikasi.
Tujuan penulisan ini adalah untuk mengetahui jenis pemeriksaan pada penderita
DM.
a.
Klasifikasi
dan Patogenesis Diabetes Melitus
DM adalah
kelainan endokrin yang ditandai dengan meningkatnya kadar glukosa darah.
Menurut anjuran PERKENI yang sesuai dengan anjuran ADA 1997, DM bisa
diklasifikasikan secara etiologi menjadi diabetes tipe 1, diabetes tipe 2,
diabetes dalam kehamilan, dan diabetes tipe lain.
1)
Diabetes
Tipe 1
DM tipe 1 atau
yang dulu dikenal dengan nama Insulin Dependent Diabetes Mellitus
(IDDM), terjadi karena kerusakan sel b pankreas (reaksi autoimun). Bila
kerusakan sel beta telah mencapai 80--90% maka gejala DM mulai muncul.
Perusakan sel beta ini lebih cepat terjadi pada anak-anak daripada dewasa.2,3
Sebagian besar penderita DM tipe 1 mempunyai antibodi yang menunjukkan adanya
proses autoimun, dan sebagian kecil tidak terjadi proses autoimun. Kondisi ini
digolongkan sebagai type 1 idiopathic. Sebagian besar (75%) kasus
terjadi sebelum usia 30 tahun, tetapi usia tidak termasuk kriteria untuk
klasifikasi.
2)
Diabetes
Tipe 2
DM tipe 2
merupakan 90% dari kaaus DM yang dulu dikenal sebagai non insulin dependent
Diabetes Mellitus (NIDDM). Pada diabetes ini terjadi penurunan kemampuan
insulin bekerja di jaringan perifer (insulin resistance) dan disfungsi
sel beta. Akibatnya, pankreas tidak mampu memproduksi insulin yang cukup untuk
mengkompensasi insulin resistance. Kedua hal ini menyebabkan terjadinya
defisiensi insulin relatif.2,3 Gejala minimal dan kegemukan sering
berhubungan dengan kondisi ini, yang umumnya terjadi pada usia > 40 tahun.
Kadar insulin bisa normal, rendah, maupun tinggi, sehingga penderita tidak
tergantung pada pemberian insulin.
3)
DM Dalam
Kehamilan
DM dan
kehamilan (Gestational Diabetes Mellitus - GDM) adalah kehamilan normal
yang disertai dengan peningkatan insulin resistance (ibu hamil gagal
mempertahankan euglycemia). Faktor risiko GDM: riwayat keluarga DM, kegemukan,
dan glikosuria. GDM ini meningkatkan morbiditas neonatus, misalnya
hipoglikemia, ikterus, polisitemia, dan makrosomia. Hal ini terjadi karena bayi
dari ibu GDM mensekresi insulin lebih besar sehingga merangsang pertumbuhan
bayi dan makrosomia. Frekuensi GDM kira-kira 3--5% dan para ibu tersebut
meningkat risikonya untuk menjadi DM di masa mendatang.
4)
Diabetes
Tipe Lain
Subkelas DM di
mana individu mengalami hiperglikemia akibat kelainan spesifik (kelainan
genetik fungsi sel beta), endokrinopati (penyakit Cushing’s, akromegali),
penggunaan obat yang mengganggu fungsi sel beta (dilantin), penggunaan obat
yang mengganggu kerja insulin (b-adrenergik), dan infeksi/sindroma genetik
(Down’s, Klinefelter’s).
5)
Pemeriksaan
Untuk Dx DM: pemeriksaan glukosa
darah/hiperglikemia (puasa, 2 jam setelah makan/post prandial/PP) dan
setelah pemberian glukosa per-oral (TTGO).
3. Pemeriksaan
kolesterol
Kolesterol
adalah senyawa lemak berlilin yang sebagian besar diproduksi tubuh di dalam
liver dari makanan berlemak yang kita makan. Kolesterol diperlukan tubuh untuk
membuat selaput sel, membungkus serabut saraf, membuat berbagai hormon dan asam
tubuh.
Kolesterol
tidak dapat diedarkan langsung oleh darah karena tidak larut dalam air. Untuk
mengedarkannya, diperlukan molekul “pengangkut” yang disebut lipoprotein. Ada
dua jenis lipoprotein, yaitu high density lippoprotein (HDL) dan low density
lippoprotein (LDL) Kadar Kolesterol dalam Darah
Hasil
pemeriksaan kolesterol Anda biasanya dinyatakan dalam miligram per desi liter
(mg/dL). Dampak kadar kolesterol Anda terhadap risiko penyakit jantung
tergantung pada faktor risiko lainnya seperti usia, riwayat keluarga, kebiasaan
merokok dan tekanan darah Anda.
a. Kriteria Kadar Kolesterol Total
1) Kurang dari 200 Normal
2) 200-239 Batas normal- tinggi
3) Lebih dari 240 Tinggi
2) 200-239 Batas normal- tinggi
3) Lebih dari 240 Tinggi
Bila total kolesterol Anda normal
dan Anda tidak memiliki faktor risiko penyakit jantung lain, Anda bisa
dikatakan aman dari risiko penyakit jantung koroner. Namun demikian, Anda harus
tetap menjaga diet Anda dan berolah raga secara teratur agar kadar itu dapat
tetap dipertahankan.
Bila total kolesterol Anda berada di
kisaran 200 dan 239 mg/dL, dokter Anda akan melihat kadar LDL (”kolesterol
jahat”), HDL (”kolesterol baik”) dan trigliserida. Mungkin saja Anda memiliki
kolesterol total relatif tinggi tetapi kadar LDL-nya normal dan diimbangi HDL
yang tinggi. Artinya, secara keseluruhan risiko Anda terkena penyakit jantung
tetap rendah.
Orang yang memiliki kadar kolesterol
total 240 mg/dL atau lebih berisiko terkena penyakit jantung koroner dua kali
lipat mereka yang memiliki kadar kolesterol normal. Bila Anda memiliki kadar
kolesterol total setinggi itu, Anda harus segera mengubah gaya hidup Anda.
Dokter juga mungkin akan memberikan obat-obatan untuk mengelolanya agar tidak
membahayakan diri Anda.
b.
Kadar LDL (”Kolesterol Jahat”)
1) Kurang dari 100 Optimal
2) 100-129 Mendekati optimal
3) 130-159 Batas normal tertinggi
4) 160-189 Tinggi
5) Lebih dari 190 Sangat tinggi
2) 100-129 Mendekati optimal
3) 130-159 Batas normal tertinggi
4) 160-189 Tinggi
5) Lebih dari 190 Sangat tinggi
LDL adalah pengangkut kolesterol dari liver ke sel-sel. Bila
terlalu banyak LDL, kolesterol akan menumpuk di dinding-dinding arteri dan
menyebabkan sumbatan arteri (aterosklerosis). Semakin rendah kadar LDL, semakin
kecil risiko Anda terkena serangan jantung dan stroke.
Faktor risiko penyakit jantung dan stroke lainnya menentukan seberapa tinggi LDL Anda seharusnya dan penanganan apa yang tepat bagi Anda.
Faktor risiko penyakit jantung dan stroke lainnya menentukan seberapa tinggi LDL Anda seharusnya dan penanganan apa yang tepat bagi Anda.
c.
Kadar HDL (”Kolesterol Baik”)
1) Kurang dari 50 (wanita)/ 40 (pria)
Normal
2) Lebih dari 60 Tinggi
HDL mengangkut kolesterol dari sel-sel untuk kembali ke liver. Semakin tinggi kadar HDL, semakin baik bagi kita. Progesteron, anabolic steroid, dan testosteron cenderung menurunkan HDL, sementara estrogen menaikkan kadar HDL.
2) Lebih dari 60 Tinggi
HDL mengangkut kolesterol dari sel-sel untuk kembali ke liver. Semakin tinggi kadar HDL, semakin baik bagi kita. Progesteron, anabolic steroid, dan testosteron cenderung menurunkan HDL, sementara estrogen menaikkan kadar HDL.
d. Kadar Trigliserida
1) Kurang dari 150 Normal
2) 150-199 Batas normal- tinggi
3) 200-499 Tinggi
4) Sama atau lebih dari 500 Sangat tinggi
2) 150-199 Batas normal- tinggi
3) 200-499 Tinggi
4) Sama atau lebih dari 500 Sangat tinggi
Trigliserida adalah sejenis lemak dalam darah Anda yang
bermanfaat sebagai sumber energi. Bila Anda makan lebih dari yang diperlukan
tubuh, kelebihan kalori Anda akan disimpan sebagai trigliserida dalam sel-sel
lemak untuk penggunaan selanjutnya. Trigliserida dalam kadar normal sangat
diperlukan tubuh. Kadar trigliserida tinggi biasanya disebabkan oleh kegemukan
dan gaya hidup kurang berolah raga. Diabetes, gangguan ginjal dan obat-obatan
tertentu juga dapat meningkatkan kadar trigliserida.
Kadar trigliserida 150 mg/dL atau lebih adalah salah satu faktor risiko sindroma metabolik yang meningkatkan risiko penyakit jantung, diabetes, dan lainnya.
Kadar trigliserida 150 mg/dL atau lebih adalah salah satu faktor risiko sindroma metabolik yang meningkatkan risiko penyakit jantung, diabetes, dan lainnya.
B.
BAB III
TINJAUAN KASUS
A.
Pemeriksaan laboratorium pada sampel
darah
Lemak
dan protein adalah bagian penting dari makanan yang dikonsumsi manusia dan akan
digunakan sebagai sumber energy jika asupan karbohidrat terlalu rendah untuk
memenuhi kebutuhan energy.
Jika
karbohidrat yang menjadi sumber energy habis, molekul lemak akan dipecah lagi
menjadi asam gliserol dan asam lemak dikatabolisme terpisah. Gliserol diubah
menjadi didalam hati menjadi glukosa dan dimetabolisme. Protein dalam makanan
dipecah menjadi asam amino yang diperlukan untuk pertumbuhan dan enzim yang
diperlukan untuk mempercepat proses metabolism masing – masing sel.
Namun
jika proses metabolism terganggu dan tidak sesuai yang diharapkan tubuh kita,
sehingga tubuh kita kesulitan dalam mengabsorbsi maka akan tibul berbagai
penyakit yang berkaitanya dengan hal tersebut diantaranya terjadiya asam urat,
kolesterol, gula darah dan lain – lain
BAB IV
PEMBAHASAN
A.
Pemeriksaan laboratorium pada sampel
darah
1.
Objektif
Sasaran
program pemasaran jasa ini adalah pencegahan penyakit secara dini pada
masyarakat
2.
Marketing strategi
Gaya
hidup masyarakat yang semakin tidak teratur dengan adanya produk – produk
makanan yang meluas sehingga banyak masyarakat tidak bisa mengontrol kesehatannya
3.
Marketing Mix
Jasa
ini memberikan peluang bagi masyarakat untuk mendapatkan pelayanan kesehatan
dengan tujuan pencegahan dini pada prnyakit
a.
Product
Pemasaran
jasa ini menawarkan jasa pemeriksaan asam urat, kolesterol dan gula darah pada
pemeriksaan laboratorium melalui sampel darah
b.
Place
Langkah
awal adalah mengidentifikasi pada masyarakat yang ada didesa
c.
Price
Biaya
yang diperlukan dalam pemberian jasa ini adalah :
No
|
Jasa
|
Rincian
|
Jumlah
|
1
|
Px
asam urat
|
Rp.
25X15.000
|
|
2
|
Px
kolesterol
|
Rp.
10X 25.000
|
|
3
|
Px
gula darah
|
Rp.
25X15.000
|
|
4
|
Alat
pemeriksaan
|
Rp.
450.000
|
|
5
|
Kartu
pemeriksan
|
Rp.
100X1.000
|
|
6
|
Leaflet
|
RP.
100X1000
|
|
Alat
yang digunakan
d.
Promotion
Pemasaran
jasa ini dilaksanakan langsung ketika ada kunjungan pasien ke RB dan
dimasyrakat luas di desa
e.
People
Dalam
pemasaran jasa ini membutuhkan tim jasa panitia untuk bisa mempromosikan.
Disini dibutuhkan kurang lebih 5 orang untuk menyebarkan informasi baik di RB
maupun dimasyarakat setempat
f.
Proses
a.
Kita lakukan survey untuk
mengidentifikasi jumlah pasien yang berkunjung ke RB baik ibu hamil maupunm
pasien umum
b.
Kita rekap nama pasien yang berkunjung
di RB
c.
Koordinasi dengan pamong desa tersebut
d.
Memberikan informasi tentang adanya jasa
pemeriksaan laboratorium dari sampel darah
4.
Sosialisasi
a.
Penyuluhan
b.
Pembagian Leaflet
c.
Evaluasi
5.
Retailer training
Perekrutan
tim dengan melibatkan RW atau RT untuk memberikan informasi dan pembagian
leaflet didaerah sasaran.
DAFTAR PUSTAKA
Youngson, Robert M. 2009. Pustaka kesehatan popular mengenal pemeriksaan laboratorium. PT
Bhuana Ilmu Populer. Jakarta
Tidak ada komentar:
Posting Komentar