Minggu, 22 Mei 2011

pemasaran sosial pemeriksaan sampel darah


BAB I
PENDAHULUAN

A.    Latar Belakang
Pemeriksaan laboratorium yang berdasarkan reaksi kimia dapat digunakan darah, urin atau cairan tubuh lain. Pemeriksaan kimia darah dapat meliputi uji faal hati, jantung, ginjal, lemak darah, kadar gula darah, kelainan pankreas, elektrolit dan membantu menegakkan diagnosis anemi.
Uji faal hati meliputi pemeriksaan kadar protein total & albumin, bilirubin total & direk, serum glutamic oxaloacetate transaminase (SGOT) & serum glutamic pyruvate transaminase(SGPT), gamma glutamyl transferase (γ-GT), alkaline phosphatase (ALP) dan cholinesterase (CHE). Pemeriksaan protein total dan albumin sebaiknya dilengkapi dengan pemeriksaan fraksi protein serum dengan cara elektroforesis. Dengan pemeriksaan elektroforesis protein serum dapat diketahui perubahan fraksi protein di dalam darah sehingga dapat diketahui perubahan fraksi protein lebih teliti dari hanya pemeriksaan protein total dan albumin serum.
Uji faal jantung dapat dipakai pemeriksaan creatine kinase (CK), isoenzim creatine kinase yaitu CKMB, brain natriuretic peptide (BNP) dan Troponin-T. Kerusakan dari otot jantung dapat diketahui dengan pemeriksaan aktifitas CKMB, BNP dan Troponin-T. Selain itu dapat diketahui pula dengan pemeriksaan hsCRP. Pemeriksaan LDH tidak spesifik untuk kelainan otot jantung, karena hasil yang meningkat dapat dijumpai pada kerusakan jaringan lain seperti hepatitis, pankreatitis, keganasan terutama dengan metastasis, penyakit anemia hemolitik, leukemia.
Uji faal ginjal terutama adalah pemeriksaan ureum dan kreatinin. Ureum adalah produk akhir dari metabolisme protein di dalam tubuh yang dikeluarkan lewat urin sehingga pada kelainan ginjal, pengeluaran ureum ke dalam urin terhambat sehingga kadarnya akan meningkat di dalam darah. Kreatinin merupakan zat yang dihasilkan oleh otot dan dikeluarkan dari tubuh melalui urin. Oleh karena itu, kadar kreatinin darah tergantung pada jenis kelamin, besar otot, dan faal ginjal.
Beratnya kelainan ginjal diketahui dengan mengukur uji bersihan kreatinin (creatinine clearance test/CCT). Pemeriksaan CCT ini memerlukan urin kumpulan 12/24 jam, sehingga bila pengumpulan urin tidak berlangsung dengan baik akan mempengaruhi hasil pemeriksaan CCT. Akhir-akhir ini, penilaian faal ginjal dilakukan dengan pemeriksaan cystatin-C dalam darah yang tidak dipengaruhi oleh kesalahan pengumpulan urin 24 jam. Cystatin adalah zat dengan berat molekul rendah yang dihasilkan oleh semua sel berinti di dalam tubuh yang tidak dipengaruhi oleh proses radang atau kerusakan jaringan. Zat tersebut akan dikeluarkan ginjal. Oleh karena itu, kadar cystatin dipakai sebagai indikator yang sensitif untuk mengetahui kemunduran fungsi ginjal.
Pemeriksaan lemak darah meliputi pemeriksaan kadar kolesterol, trigliserida, HDL dan LDL kolesterol. Pemeriksaan tersebut terutama dilakukan pada pasien yang memiliki kelainan pada pembuluh darah seperti pasien dengan kelainan pembuluh darah otak, penyumbatan pembuluh darah jantung, pasien dengan diabetes mellitus (DM) dan hipertensi serta pasien dengan keluarga yang menunjukkan peningkatan kadar lemak darah. Untuk pemeriksaan lemak darah ini, sebaiknya berpuasa selama 12 - 24 jam. Bila pada pemeriksaan kimia darah, serum yang diperoleh sangat keruh karena peningkatan kadar trigliserid, pasien sebaiknya berpuasa lebih dari 14 jam untuk mengurangi kekeruhan yang ada. Selain itu dikenal pemeriksaan lipoprotein (a), bila meningkat dapat merupakan faktor resiko terjadinya penyakit jantung koroner.
Pemeriksaan kadar gula darah dipakai untuk mengetahui adanya peningkatan atau penurunan kadar gula darah dan untuk monitoring hasil pengobatan pasien dengan DM. Peningkatan kadar gula darah biasanya disebabkan oleh DM atau kelainan hormonal di dalam tubuh. Kadar gula yang tinggi akan dilepas ke dalam urin yang menyebabkan adanya glukosuria. Pemeriksaan kadar gula darah dapat dilakukan sewaktu-waktu yang disebut pemeriksaan gula darah sewaktu, gula darah puasa bila pasien berpuasa 10 - 12 jam sebelum pengambilan darah atau sesudah makan 2 jam yang dikenal dengan gula darah post-prandial. Pasien DM dalam pengobatan, tidak perlu menghentikan obat pada saat pemeriksaan gula darah puasa dan tetap menggunakan obat untuk pemeriksaan gula darah post-prandial. Pemeriksaan kadar gula darah puasa dipakai untuk menyaring adanya DM, memonitor penderita DM yang menggunakan obat anti-diabetes; sedangkan glukosa 2 jam post-prandial berguna untuk mengetahui respon pasien terhadap karbohidrat setelah 2 jam makan pagi atau 2 jam setelah makan siang. Kadar gula darah sewaktu digunakan untuk evaluasi penderita DM dan membantu menegakkan diagnosis DM. Selain itu dikenal pemeriksaan kurva harian glukosa darah yaitu gula darah yang diperiksa pada jam 7 pagi, 11 siang dan 4 sore yang bertujuan untuk mengetahui kontrol gula darah selama 1 hari dengan diet dan obat yang dipakai. Pada pasien dengan kadar gula darah yang meragukan, dilakukan tes toleransi glukosa oral (TTGO).
Gaya hidup masyarakat sekarang sangat beragam sehingga penyakit yang muncul pun sangat beragam pula. Untuk mendeteksi secara dini penyakit yang muncul kami coba memberikan solusi yaitu mengidentifikasi penyakit dengan melalui pemeriksaan sampel darah, urine dan pemeriksaan EKG

B.     Tujuan
1.      Tujuan umum
Memberikan pelayanan pada masyarakat untuk mendeteksi secara dini suatu penyakit
2.      Tujuan khusus
a.       Memberikan pelayanan pemeriksaan laboratorium pada sampel darah yaitu pada asam urat, kolesterol dan gula darah
b.      Memberikan pelayanan pemeriksaan laboratorium pada sampel urine  yaitu pada urine reduksi dan proten urine
c.       Memberikan pelayanan pemeriksaan EKG

C.     Manfaat
1.      Bagi pasien
a.       Memberikan pelayanan bagi pasien
b.      Mengetahui ada tidaknya kelainan atau penyakit pada pasien
2.      Bagi pemeriksa
a.          Memudahkan dalam menentukan suatu diagnosa
b.         Mendapatkan keuntungan dari hasil pemeriksaan

BAB II
TINJAUAN TEORI

A.    PEMERIKSAAN LABORATORIUM PADA DARAH
Pada pendahuluan telah dikemukakan bahwa pemeriksaan laboratorium merupakan prosedur pemeriksaan khusus yang dilakukan pada pasien untuk membantu menegakan diagnosis. Prosedur dan pemeriksaan khusus dalam keperawatan merupakan bagian dari tindakan untuk mengatasi masalah kesehatan yang dilaksanakan secara tim, perawat melakukan fugsi kolaboratif dalam memberikan tindakan. Hasil suatu pemeriksaan laboratorium sangat penting dalam membantu diagnosa, memantau perjalanan penyakit serta menentukan prognosa daari suatu penyakit/keluhan pasien.

1.    Pemeriksaan asam urat
Asam urat (uric acid) adalah produk akhir metabolisme purin (adenine dan guanine) yang merupakan konstituen asam nukleat. Asam urat terutama disintesis dalam hati yang dikatalisis oleh enzim xantin oksidase. Asam urat diangkut ke ginjal oleh darah untuk difiltrasi, direabsorbsi sebagain, dan dieksresi sebagian sebelum akhirnya diekskresikan melalui urin. Peningkatan kadar asam urat dalam urin dan serum (hiperuresemia) bergantung kepada fungsi ginjal, kecepatan metabolisme purin, dan asupan diet makanan yang mengandung purin.
Asam urat dapat mengkristal dalam saluran kemih pada kondisi urin yang bersifat asam dan dapat berpotensi menimbulkan kencing batu; oleh sebab itu fungsi ginjal yang efektif dan kondisi urin yang alkalis diperlukan bila terjadi hiperuresemia. Masalah yang banyak terjadi berkaitan dengan hiperuresemia adalah gout. Kadar asam urat sering berubah dari hari ke hari sehingga pemeriksaan kadar asam urat perlu diulang kembali setelah beberapa hari atau beberapa minggu.
a.     Masalah Klinis

Kadar asam urat meningkat dijumpai pada : gout, leukemia (limfositik, mielositik, monositik), kanker metastatik, mieloma multipel, eklampsia berat, alkoholisme, hiperlipoproteinemia, diabetes mellitus (berat), gagal ginjal, glomerulonefritis, gagal jantung kongestif, anemia hemolitik, limfoma, polisitemia, stress, keracunan timbale, pajanan sinar-X (berlebih), latihan fisik berlebihan, diet penurunan berat badan-tinggi protein. Obat-obatan yang berpengaruh pada peningkatan kadar asam urat adalah : diuretik (tiazid, furosemid, asetazolamid), levodopa, metildopa, asam askorbat, 6-merkaptopurin, fenotiazin, salisilat (penggunaan dalam jangka waktu lama), teofilin.
Pada gout, peningkatan produksi asam urat dipengaruhi oleh mekanisme idiopatik atau belum diketahui, tetapi biasanya karena peningkatan sintesis asam urat endogen sebagai cacat metabolik bawaan. Pada gout, pangkalan asam urat dalam tubuh bisa lebih dari 10 kali normal, dan natrium urat dideposit di dalam jaringan lunak, terutama sendi, sebagai tofi. Adanya pengkristalan ura menyebabkan sendi membengkak, meradang, dan nyeri. Alopurinol digunakan dalam pengobatan gout yang bekerja sebagai penghambat xantin oksidase.
Pada leukemia atau keganasan lain, peningkatan produksi secara bermakna disebabkan oleh penguraian asam nukleat apabila terjadi lisis sel-sel tumor akibat nekrosis atau kemoterapi. Peningkatan kadar urat karena peningkatan lisis sel juga dapat dijumpai pada polisitemia, anemia pernisiosa, dan kadang-kadang pada psoriasis. Pengobatan dengan hormon adrenokortikotrofik atau kortikosteroid, yang kerjanya katabolik protein mempercepat pemecahan inti sel atau dengan obat-obatan sitotoksika, menyebabkan peningkatan urat plasma.
Pada kegagalan glomerulus ginjal atau bila ada obstruksi aliran keluar urin, asam urat serta ureum dan kreatinin terakumulasi. Asam urat tinggi yang dapat terjadi pada eklampsia tanpa azotemia atau uremia disebabkan oleh lesi ginjal atau perubahan metabolisme asam urat. Asidosis ketotik dan laktat bisa meningkatkan asam urat dengan mengurangi sekresi tubulus ginjal, seperti yang terjadi dengan diuretik tiazid dan furosemid, dan aspirin dosis rendah.
Penurunan kadar asam urat dapat dijumpai pada : penyakit Wilson, asidosis tubulus ginjal proksimal, anemia defisiensi asam folat, luka bakar, kehamilan. Pengaruh obat : alopurinol, azatioprin, koumadin, probenesid, sulfinpirazon.

b.         Prosedur
Jenis spesimen yang diperlukan adalah serum atu plasma heparin. Diambil 3-5 ml darah vena dimasukkan ke dalam tabung bertutup merah atau tabung bertutup hijau (heparin) kemudian disentrifus; cegah terjadinya hemolisis. Serum atau plasma heparin dipisahkan. Kadar asam urat diukur dengan metode kolorimetri menggunakan fotometer atau analyzer kimiawi.
Sebelum pengambilan sampel darah, pasien diminta puasa 8-10 jam. Tidak ada pembatasan asupan makanan atau cairan; namun pada banyak kasus, asupan makanan tinggi purin (mis. daging, jerohan, sarden, otak, roti manis, dsb) perlu ditunda minimal selama 24 jam sebelum uji dilakukan; demikian pula dengan obat-obatan yang dapat mempengaruhi hasil laboratorium. Jika terpaksa harus minum obat, catat jenis obat yang dikonsumsi.

2.    Pemeriksaan gula darah
Diabetes Melitus (DM) adalah kelainan metabolisme karbohidrat, di mana glukosa darah tidak dapat digunakan dengan baik, sehingga menyebabkan keadaan hiperglikemia. DM merupakan kelainan endokrin yang terbanyak dijumpai. Penderita DM mempunyai risiko untuk menderita komplikasi yang spesifik akibat perjalanan penyakit ini, yaitu retinopati (bisa menyebabkan kebutaan), gagal ginjal, neuropati, aterosklerosis (bisa menyebabkan stroke), gangren, dan penyakit arteria koronaria (Coronary artery disease).
Prevalensi DM sulit ditentukan karena standar penetapan diagnosisnya berbeda-beda. Berdasarkan kriteria American Diabetes Association (ADA), sekitar 10,2 juta orang di Amerika Serikat (AS) menderita DM dan yang tidak terdiagnosis sekitar 5,4 juta. Dengan demikian, diperkirakan lebih dari 15 juta orang di AS menderita DM. Sementara itu, di Indonesia prevalensi DM sebesar 1,5-2,3% penduduk usia >15 tahun, bahkan di daerah Manado prevalensi DM sebesar 6,1%.4
Pemeriksaan laboratorium bagi penderita DM diperlukan untuk menegakkan diagnosis serta memonitor Tx dan timbulnya komplikasi spesifik akibat penyakit. Dengan demikian, perkembangan penyakit bisa dimonitor dan dapat mencegah komplikasi. Tujuan penulisan ini adalah untuk mengetahui jenis pemeriksaan pada penderita DM.
a.      Klasifikasi dan Patogenesis Diabetes Melitus
DM adalah kelainan endokrin yang ditandai dengan meningkatnya kadar glukosa darah. Menurut anjuran PERKENI yang sesuai dengan anjuran ADA 1997, DM bisa diklasifikasikan secara etiologi menjadi diabetes tipe 1, diabetes tipe 2, diabetes dalam kehamilan, dan diabetes tipe lain.
1)   Diabetes Tipe 1
DM tipe 1 atau yang dulu dikenal dengan nama Insulin Dependent Diabetes Mellitus (IDDM), terjadi karena kerusakan sel b pankreas (reaksi autoimun). Bila kerusakan sel beta telah mencapai 80--90% maka gejala DM mulai muncul. Perusakan sel beta ini lebih cepat terjadi pada anak-anak daripada dewasa.2,3 Sebagian besar penderita DM tipe 1 mempunyai antibodi yang menunjukkan adanya proses autoimun, dan sebagian kecil tidak terjadi proses autoimun. Kondisi ini digolongkan sebagai type 1 idiopathic. Sebagian besar (75%) kasus terjadi sebelum usia 30 tahun, tetapi usia tidak termasuk kriteria untuk klasifikasi.
2)   Diabetes Tipe 2
DM tipe 2 merupakan 90% dari kaaus DM yang dulu dikenal sebagai non insulin dependent Diabetes Mellitus (NIDDM). Pada diabetes ini terjadi penurunan kemampuan insulin bekerja di jaringan perifer (insulin resistance) dan disfungsi sel beta. Akibatnya, pankreas tidak mampu memproduksi insulin yang cukup untuk mengkompensasi insulin resistance. Kedua hal ini menyebabkan terjadinya defisiensi insulin relatif.2,3 Gejala minimal dan kegemukan sering berhubungan dengan kondisi ini, yang umumnya terjadi pada usia > 40 tahun. Kadar insulin bisa normal, rendah, maupun tinggi, sehingga penderita tidak tergantung pada pemberian insulin.
3)   DM Dalam Kehamilan
DM dan kehamilan (Gestational Diabetes Mellitus - GDM) adalah kehamilan normal yang disertai dengan peningkatan insulin resistance (ibu hamil gagal mempertahankan euglycemia). Faktor risiko GDM: riwayat keluarga DM, kegemukan, dan glikosuria. GDM ini meningkatkan morbiditas neonatus, misalnya hipoglikemia, ikterus, polisitemia, dan makrosomia. Hal ini terjadi karena bayi dari ibu GDM mensekresi insulin lebih besar sehingga merangsang pertumbuhan bayi dan makrosomia. Frekuensi GDM kira-kira 3--5% dan para ibu tersebut meningkat risikonya untuk menjadi DM di masa mendatang.
4)   Diabetes Tipe Lain
Subkelas DM di mana individu mengalami hiperglikemia akibat kelainan spesifik (kelainan genetik fungsi sel beta), endokrinopati (penyakit Cushing’s, akromegali), penggunaan obat yang mengganggu fungsi sel beta (dilantin), penggunaan obat yang mengganggu kerja insulin (b-adrenergik), dan infeksi/sindroma genetik (Down’s, Klinefelter’s).
5)   Pemeriksaan
Untuk Dx DM: pemeriksaan glukosa darah/hiperglikemia (puasa, 2 jam setelah makan/post prandial/PP) dan setelah pemberian glukosa per-oral (TTGO).
3.    Pemeriksaan kolesterol
Kolesterol adalah senyawa lemak berlilin yang sebagian besar diproduksi tubuh di dalam liver dari makanan berlemak yang kita makan. Kolesterol diperlukan tubuh untuk membuat selaput sel, membungkus serabut saraf, membuat berbagai hormon dan asam tubuh.
Kolesterol tidak dapat diedarkan langsung oleh darah karena tidak larut dalam air. Untuk mengedarkannya, diperlukan molekul “pengangkut” yang disebut lipoprotein. Ada dua jenis lipoprotein, yaitu high density lippoprotein (HDL) dan low density lippoprotein (LDL) Kadar Kolesterol dalam Darah
Hasil pemeriksaan kolesterol Anda biasanya dinyatakan dalam miligram per desi liter (mg/dL). Dampak kadar kolesterol Anda terhadap risiko penyakit jantung tergantung pada faktor risiko lainnya seperti usia, riwayat keluarga, kebiasaan merokok dan tekanan darah Anda.
a. Kriteria Kadar Kolesterol Total
1)   Kurang dari 200 Normal
2) 200-239 Batas normal- tinggi
3) Lebih dari 240 Tinggi
Bila total kolesterol Anda normal dan Anda tidak memiliki faktor risiko penyakit jantung lain, Anda bisa dikatakan aman dari risiko penyakit jantung koroner. Namun demikian, Anda harus tetap menjaga diet Anda dan berolah raga secara teratur agar kadar itu dapat tetap dipertahankan.
Bila total kolesterol Anda berada di kisaran 200 dan 239 mg/dL, dokter Anda akan melihat kadar LDL (”kolesterol jahat”), HDL (”kolesterol baik”) dan trigliserida. Mungkin saja Anda memiliki kolesterol total relatif tinggi tetapi kadar LDL-nya normal dan diimbangi HDL yang tinggi. Artinya, secara keseluruhan risiko Anda terkena penyakit jantung tetap rendah.
Orang yang memiliki kadar kolesterol total 240 mg/dL atau lebih berisiko terkena penyakit jantung koroner dua kali lipat mereka yang memiliki kadar kolesterol normal. Bila Anda memiliki kadar kolesterol total setinggi itu, Anda harus segera mengubah gaya hidup Anda. Dokter juga mungkin akan memberikan obat-obatan untuk mengelolanya agar tidak membahayakan diri Anda.
b. Kadar LDL (”Kolesterol Jahat”)
1)   Kurang dari 100 Optimal
2) 100-129 Mendekati optimal
3) 130-159 Batas normal tertinggi
4) 160-189 Tinggi
5) Lebih dari 190 Sangat tinggi
LDL adalah pengangkut kolesterol dari liver ke sel-sel. Bila terlalu banyak LDL, kolesterol akan menumpuk di dinding-dinding arteri dan menyebabkan sumbatan arteri (aterosklerosis). Semakin rendah kadar LDL, semakin kecil risiko Anda terkena serangan jantung dan stroke.
Faktor risiko penyakit jantung dan stroke lainnya menentukan seberapa tinggi LDL Anda seharusnya dan penanganan apa yang tepat bagi Anda.
c. Kadar HDL (”Kolesterol Baik”)
1)   Kurang dari 50 (wanita)/ 40 (pria) Normal
2) Lebih dari 60 Tinggi
HDL mengangkut kolesterol dari sel-sel untuk kembali ke liver. Semakin tinggi kadar HDL, semakin baik bagi kita. Progesteron, anabolic steroid, dan testosteron cenderung menurunkan HDL, sementara estrogen menaikkan kadar HDL.

d. Kadar Trigliserida
1)   Kurang dari 150 Normal
2) 150-199 Batas normal- tinggi
3) 200-499 Tinggi
4) Sama atau lebih dari 500 Sangat tinggi
Trigliserida adalah sejenis lemak dalam darah Anda yang bermanfaat sebagai sumber energi. Bila Anda makan lebih dari yang diperlukan tubuh, kelebihan kalori Anda akan disimpan sebagai trigliserida dalam sel-sel lemak untuk penggunaan selanjutnya. Trigliserida dalam kadar normal sangat diperlukan tubuh. Kadar trigliserida tinggi biasanya disebabkan oleh kegemukan dan gaya hidup kurang berolah raga. Diabetes, gangguan ginjal dan obat-obatan tertentu juga dapat meningkatkan kadar trigliserida.
Kadar trigliserida 150 mg/dL atau lebih adalah salah satu faktor risiko sindroma metabolik yang meningkatkan risiko penyakit jantung, diabetes, dan lainnya.

B.     BAB III
TINJAUAN KASUS

A.  Pemeriksaan laboratorium pada sampel darah
Lemak dan protein adalah bagian penting dari makanan yang dikonsumsi manusia dan akan digunakan sebagai sumber energy jika asupan karbohidrat terlalu rendah untuk memenuhi kebutuhan energy.
Jika karbohidrat yang menjadi sumber energy habis, molekul lemak akan dipecah lagi menjadi asam gliserol dan asam lemak dikatabolisme terpisah. Gliserol diubah menjadi didalam hati menjadi glukosa dan dimetabolisme. Protein dalam makanan dipecah menjadi asam amino yang diperlukan untuk pertumbuhan dan enzim yang diperlukan untuk mempercepat proses metabolism masing – masing sel.
Namun jika proses metabolism terganggu dan tidak sesuai yang diharapkan tubuh kita, sehingga tubuh kita kesulitan dalam mengabsorbsi maka akan tibul berbagai penyakit yang berkaitanya dengan hal tersebut diantaranya terjadiya asam urat, kolesterol, gula darah dan lain – lain
 
BAB IV
PEMBAHASAN

A.  Pemeriksaan laboratorium pada sampel darah
1.    Objektif
Sasaran program pemasaran jasa ini adalah pencegahan penyakit secara dini pada masyarakat
2.    Marketing strategi
Gaya hidup masyarakat yang semakin tidak teratur dengan adanya produk – produk makanan yang meluas sehingga banyak masyarakat tidak bisa mengontrol kesehatannya
3.    Marketing Mix
Jasa ini memberikan peluang bagi masyarakat untuk mendapatkan pelayanan kesehatan dengan tujuan pencegahan dini pada prnyakit
a.    Product
Pemasaran jasa ini menawarkan jasa pemeriksaan asam urat, kolesterol dan gula darah pada pemeriksaan laboratorium melalui sampel darah
b.    Place
Langkah awal adalah mengidentifikasi pada masyarakat yang ada didesa
c.    Price
Biaya yang diperlukan dalam pemberian jasa ini adalah :
No
Jasa
Rincian
Jumlah
1
Px asam urat
Rp. 25X15.000

2
Px kolesterol
Rp. 10X 25.000

3
Px gula darah
Rp. 25X15.000

4
Alat pemeriksaan
Rp. 450.000

5
Kartu pemeriksan
Rp. 100X1.000

6
Leaflet
RP. 100X1000


Alat yang digunakan



d.   Promotion
Pemasaran jasa ini dilaksanakan langsung ketika ada kunjungan pasien ke RB dan dimasyrakat luas di desa
e.    People
Dalam pemasaran jasa ini membutuhkan tim jasa panitia untuk bisa mempromosikan. Disini dibutuhkan kurang lebih 5 orang untuk menyebarkan informasi baik di RB maupun dimasyarakat setempat
f.      Proses
a.    Kita lakukan survey untuk mengidentifikasi jumlah pasien yang berkunjung ke RB baik ibu hamil maupunm pasien umum
b.    Kita rekap nama pasien yang berkunjung di RB
c.    Koordinasi dengan pamong desa tersebut
d.   Memberikan informasi tentang adanya jasa pemeriksaan laboratorium dari sampel darah
4.    Sosialisasi
a.    Penyuluhan
b.    Pembagian Leaflet
c.    Evaluasi
5.    Retailer training
Perekrutan tim dengan melibatkan RW atau RT untuk memberikan informasi dan pembagian leaflet didaerah sasaran.

DAFTAR PUSTAKA

Youngson, Robert M. 2009. Pustaka kesehatan popular mengenal pemeriksaan laboratorium. PT Bhuana Ilmu Populer. Jakarta